Rabu, 17 Oktober 2012

betapa mulianya dirimu, ibu.

sejenak aku tertegun melihat foto kecilku,disana aku digendong oleh seorang wanita. yah wanita yang biasa saja,
 wanita setengah baya yang selalu menyuruhku sikat gigi sebelum tidur. ibuku. aku tak bisa bayangkan seberapa besar sayangnya padaku, aku tak bisa mengingat kejadia kejadian dimana ia menolongku disaat aku sedang susah. mulai ketika aku menangis saat mengompol dicelana, saat aku kesusahan membut PR, saat aku kesusahan mengikat rambutku, dan kejadian kejadian kecil yang tak terhitung jumlahnya. awalnya, aku hanya menganggap itu biasa saja. sampai akhirnya diriku tersadar akan berartinya seorang ibu, yah, pagi itu. sekitar pukul 6 pagi aku terbangun. aku lihat disekitarku sudah banyak tetangga yang berdatangan. aku heran, kulihat keluar. disana sudah terbujur kaku dirinya yang selalu ku anggap biasa saja. Ibuku. aku duduk tepat didepannya, ku goncangkan tubuhnya.ku suruh ia bangun, tapi tak mendengarku. mengapa? mengapa ia tak mau bangun dan mendengarkanku? bukankah selama ini aku selalu mendengarkannya? bukankah kemarin saat ia membangunkanku untuk pergi sekolah, aku bangun. ini tidak adil! saat itu juga aku berlari kekamar dan mengurung diri. ayah membujukku keluar dan menjelaskan dengan lembut padaku. perlahan aku mulai mengerti, ia telah pergi. status piatu pun melekat padaku. aku tak bisa bayangkan siapa yang akan membantku nanti ketika aku kesusahan, siapa yang akan membantuku membuat PR, dll. hari itu juga aku baru sadar betapa berartinya seorang Ibu, ku peluk kuat kuat tubuhnya yang terbjur kaku, air mataku tertumpah. aku tak rela ia pergi. tapi, inilah hidup. aku mencoba ikhlas melepas kepergian wanita mulia itu. yah, kini ia bukan lagi wanita biasa seperti yang  aku anggap selama ini. ia adalah wanita MULIA.

air mataku kembali tertetes membasahi bingkai foto kecilku, kini tepat 10 tahun ia meninggalkanku. wanita mulia itu, Ibuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar